Rabu, 18 April 2012

DETEKSI BIRAHI PENENTU KEBERHASILAN "IB"



PERIODE hidup sapi direkomendasikan hanya sampai delapan tahun atau setara jumlah beranak sapi betina. Maka, memelihara sapi betina secara ekonomis jelas menguntungkan, asalkan dapat menghasilkan keturunan (bunting).

Sejak inseminasi buatan (IB) pertama kali diperkenalkan ke peternak di tanah air 28 tahun silam, terjadi perubahan pola pemeliharaan ternak sapi dari jenis lokal ke crossing (silang). Kini IB makin diterima peternak, sehingga dalam mengawinkan sapinya mulai ada ketergantungan terhadap teknologi tersebut.

Namun celakanya, masih sering ditemui kegagalan dalam penerapan IB. Hal itu ditandai dengan adanya gagal bunting. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), 70% penyebab kegagalan sapi bunting akibat deteksi birahi yang dilakukan peternak tidak tepat. Umumnya akibat pengetahuan peternak masih kurang. Sedangkan faktor kegagalan lainnya antara lain dari usia sapi awal kawin (sapi dara), kecukupan gizi sapi betina, kemampuan petugas IB atau inseminator dan kualitas bibit jantan.

Melihat kasus tersebut, pengamatan atau deteksi birahi perlu dikuasai peternak agar IB berhasil. Birahi pada sapi dapat ditandai dengan ciri-ciri antara lain sapi gelisah, warna kemerahan dan terjadi penebalan pada vagina, nafsu makan turun bahkan hilang sama sekali. Serta timbul perilaku menaiki sapi lain dan keluarnya lendir dari alat kelamin (vulva).

Dari tanda-tanda birahi tersebut, pedoman yang paling tepat bagi peternak untuk melaporkan kepada petugas IB bila sapi sudah mengeluarkan lendir yang cukup banyak dari alat kelaminnya. Banyak terjadi kasus, tanpa memperhatikan leleran cairan dari vulva, tapi peternak sudah memanggil inseminator. Bahkan ada yang melapor karena sapinya sudah ‘teriak-teriak’. Padahal tidak semua sapi betina memperlihatkan tanda itu, banyak juga yang diam saja (silent haid).

”Pela-pelu”

Dalam teknologi IB, yang paling valid dipakai sebagai dasar laporan ke inseminator adalah keluarnya cairan kental, setelah tanda-tanda lainnya semacam vulva menebal, dan tampak kemerahan. Sedangkan tanda-tanda lainnya hanya sebagai awal birahi. Keluarnya cairan kental dari vulva sering disebut peternak sebagai pela-pelu (standing haid).

Stadium standing haid dipakai inseminator sebagai pedoman untuk menandai dan menghitung kapan sel telur turun dari indung telur. Fase ini menjadi dasar hitungan turunnya telur, atau terjadi sekira 10 jam kemudian dari stadium ini. Maka, inseminator selalu bertanya kepada pemilik sapi, kapan pela-pelu keluar.

Usai memperoleh inseminasi, peternak masih harus tetap melakukan pengamatan pada sapi betina. Siapa tahu pela-pelu yang umumnya hanya keluar selama satu hari, tapi karena kesuburannya bisa lebih dari satu hari. Dalam kasus ini, peternak harus melapor kembali ke inseminator agar melakukan IB ulang. Pedoman yang dipakai untuk mengawinkan sapi ada pada pela-pelu yang terlihat pada hari terakhir. Jika masih terlihat pela-pelu di hari kedua, sebaiknya dilakukan IB ulang. Tanpa mengulang IB, kemungkinan bunting kecil sekali. Hal ini perlu dipaparkan agar tidak ada lagi anggapan setelah disuntik pasti bun ting, sehingga mengabaikan pengamat an kemungkinan masih adanya tanda birahi hari berikutnya.

Penyakit kelamin

Teknologi inseminasi buatan (IB) atau artificial insemination (AI) semakin dikenal peternak di tanah air. Sejak dikenalkan pertama kali pada tahun 1976, IB yang sering juga disebut kawin suntik juga telah menghasilkan ternak unggul hasil persilangan dengan ternak lokal.

Salah satu keuntungan IB, khususnya pada sapi, dapat mencegah penularan penyakit kelamin. Misalnya brucellosis yang dapat menyebabkan sapi betina mandul dan bersifat zoonosis. Penyakit semacam itu dapat dihindari karena sperma yang disuntikkan dengan insemining gun (pistol inseminasi) benar-benar berasal dari pejantan unggul.

Di BPMBPT (Balai Pengembangan Mutu Bibit dan Pakan Ternak) DI Yogyakarta misalnya, sapi yang disadap spermanya selalu dicek kondisi kesehatannya. Hal ini dimaksudkan untuk memelihara kualitas sperma.

Selain itu, IB juga mengatasi kelemahan kawin alamiah. IB dapat dilakukan kapan pun, asalkan kondisi sapi betina sedang subur. Teknologi ini juga sangat efisien dan hemat transportasi, karena tidak perlu membawa pejantan ke suatu tempat. Jadi cukup membawa spermanya yang disimpan di dalam straw ke peternakan.

Standar sperma sapi yang layak digunakan untuk keperluan IB sebelum disimpan di dalam straw, harus memiliki konsentrasi 700 juta spermatozoa. Jika konsentrasi berada di bawah angka tersebut biasanya dibuang, karena diyakini secara ilmiah tidak dapat membuahi.

Setelah sperma sapi dimasukkan ke dalam straw, konsentrasinya menjadi 25 juta spermatozoa (1 straw berisi 0,25 ml). Standar warna straw setiap jenis sapi sudah ditentukan secara internasional. Putih untuk sapi simmental dan merah untuk sapi limousin. Selanjutnya sperma dalam straw dibekukan di tabung N2 cair ber suhu minus 196 derajat Celsius. Selama berada di dalamnya, sperma tersebut akan awet selama bertahun-tahun, hingga 10 tahun.*


Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelaminbetina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut 'insemination gun'.Tujuan Inseminasi Buatan diantaranya:
·         Memperbaiki mutu genetika ternak;
·         Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya;
·         Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;
·         Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
·         Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
Keuntungan Inseminasi Buatan (IB) :
·         Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
·         Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
·         Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
·         Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;
·         Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
·         Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;
·         Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.
Inseminator Adalah tenaga teknis menengah yang telah dididik dan mendapat sertifikat sebagai inseminator dari pemerintah (dalam hal ini Dinas Peternakan).Pelayanan Petugas Inseminasi BuatanPelayanan inseminasi buatan dilakukan oleh Inseminator yang telah memiliki surat izin melakukan inseminasi dengan sistem aktif, pasif dan semi-aktif. Bila inseminator belum memiliki izin maka tanggung jawab hasil kerjanya jatuh pada Dinas Peternakan Propinsi tempatnya bekerja. Pelaporan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) mengikuti pedoman sebagai berikut:
·         Inseminator mengisi tanggal pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) pertama, kedua, ketiga dan seterusnya pada kartucatatan Inseminasi Buatan (IB) masing-masing akseptor
·         Inseminator wajib melaporkan jumlah sapi yang tidak birahi kembali setelah Inseminasi Buatan (IB) pertama(kemungkinan bunting) dan tempat serta nama peternak yang sapi / ternaknya yang baru di Inseminasi Buatan (IB)kepada Petugas Pemeriksa Kebuntingan -
·         Inseminator wajib melaporkan jumlah sapi yang "repeat breeder" (sapi yang telah di Inseminasi Buatan (IB) lebih daritiga kali dan tidak bunting) kepada Asisten Teknis Reproduksi.
Tugas pokok inseminator adalah:
·         Menerima laporan dari pemilik ternak mengenai sapi birahi dan memenuhi panggilan tersebut dengan baik dan tepatwaktu
·         Menangani alat dan bahan Inseminasi buatan sebaik-baiknya
·         Melakukan identifikasi akseptor Inseminasi Buatan (IB) dan mengisi kartu peserta Inseminasi Buatan (IB);
·         Melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) pada ternak;
·         Membuat laporan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) dan menyampaikan kepada pimpinan SPT IB.
Untuk mempermudah pelaporan / permintaan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) maka harus dibuat suatu sistempelaporan yang sederhana, cepat, mudah dan murah. Kotak laporan, bendera di depan rumah / kandang, kartu birahi dan lain-lain adalah beberapa sistem komunikasi yang telah dijalankan pada beberapa tempat di Indonesia. Setiapdaerah mempunyai keadaan yang berbeda, oleh karena itulah buatlah suatu perjanjian dengan para akseptor mengenai cara-cara komunikasi yang baik yang disepakati bersama. Komitmen untuk mematuhi keputusan tersebut juga diperlukan. Petugas IB (inseminator) hanya boleh menginseminasi kalau betina sedang birahi saja. Kalau betina tidak sedang birahi,petugas IB sebaiknya memberitahukan ke peternak dan memintanya untuk memperhatikan gejala birahi dengan lebih baik lagi.
Anatomi dan Fisiologi Alat Kelamin Betina Pubertas (kematangan alat kelamin / dewasa kelamin) terjadi akibat aktivitas dalam ovarium (indung telur), umur pubertas pada sapi adalah antara 7 - 18 bulan, atau dengan berat badan telah mencapai kurang lebih 75% dari berat dewasa. Kecepatan tercapainya umur dewasa kelamin tergantung dari:
·         Jenis / bangsa sapi.
·         Gizi Bila jumlah dan kandungan gizi pakan kurang jumlah atau mutunya, maka dewasa kelamin akan lebih lama dicapai, hal ini disebabkan berat badan yang kurang;
·         CuacaDi daerah tropis seperti di Indonesia, umur dewasa kelamin lebih cepat / muda -
·         Penyakit Karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berat badan, apalagi bila menyerang alat kelamin,maka kemungkinan besar umur dewasa kelamin lebih lambat dicapai.
Siklus birahi pada sapi betina yang normal biasanya berulang setiap 21 hari, dengan selang antara 17-24 hari. Siklus birahi akan berhenti secara sementara pada keadaan-keadaan: - Sebelum dewasa kelamin; - Selama kebuntingan; - Masa post-partum. Siklus birahi dibagi dalam 4 tahap, dan berbeda-beda pada setiap spesies hewan. Tahapan dan lamanya pada sapi dapat ditemui di bawah ini :
1. Proestrus (Waktu sebelum estrus). Tahap ini dapat terlihat, karena ditandai dengan sapi terlihat gelisah dan kadangkadang sapi betina tersebut menaiki sapi betina yang lain. Lamanya 3 hari.
2. Estrus. Pada tahap ini sapi betina siap untuk dikawinkan (baik secara alam maupun IB). Ovulasi terjadi 15 jam setelah estrus selesai. Lama periode ini pada sapi adalah 12 - 24 jam.
3. Metaestrus (Waktu setelah estrus berakhir), Pada tahap ini folikelnya masak, kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan pertumbuhan /pembentukan corpus luteum (badan kuning). Lama periode ini 3 - 5 hari.
4. Diestrus (Waktu setelah metaestrus), Pada tahap ini corpus luteum meningkat dan memproduksi hormon progesteron. Periode ini paling lama berlangsungnya karena berhubungan dengan perkembangan dan pematangan badan kuning,yaitu 13 hari.
Pada saat keadaan dewasa kelamin tercapai, aktivitas dalam indung telur (ovarium) dimulai. Waktu estrus, ovum dibebaskan oleh ovarium. Setelah ovulasi terjadi, bekas tempat ovarium tersebut itu dipenuhi dengan sel khusus danmembentuk apa yang disebut corpus luteum (badan kuning). Corpus luteum ini dibentuk selama 7 hari, dan bertahan selama 17 hari dan setelah waktu itu mengecil lagi karena ada hormon (prostaglandin) yang merusak corpus luteum dan mencegah pertumbuhannya untuk jangka waktu yang relatif lama (sepanjang kebuntingan). Selain membentuk sel telur , indung telur / ovarium juga memproduksi hormon, yaitu: - Sebelum ovulasi: hormon estrogen; - Setelah ovulasi corpus luteum di ovarium memproduksi: hormon progesteron. Hormon-hormon ini mengontrol kejadian siklus birahi di dalam ovarium.
Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan (IB)
Pemeriksaan Awal Deteksi birahi yang tepat adalah kunci utama keberhasilan Inseminasi Buatan, selanjutnya adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan Inseminasi Buatan itu sendiri dilaksanakan. Keterlambatan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) akan berakibat pada kerugian waktu yang cukup lama. Jarak antara satu birahi kebirahi selanjutnya adalah kira-kira 21 hari sehingga bila satu birahi terlewati maka kita masih harus menunggu 21 harilagi untuk melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) selanjutnya. Kegagalan kebuntingan setelah pelaksanaan InseminasiBuatan (IB) juga akan berakibat pada terbuangnya waktu percuma, selain kerugian materiil dan immateriil karena terbuangnya semen cair dan alat pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) serta terbuangnya biaya transportasi baik untuk melaporkan dan memberikan pelayanan dari pos Inseminasi Buatan (IB) ke tempat sapi birahi berada.
Tanda - tanda birahi pada sapi betina adalah :
·         Ternak gelisah
·         sering berteriak
·         suka menaiki dan dinaiki sesamanya
·         vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 Bdalam bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
·         Dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna
·         nafsu makan berkurangGejala
Gejala birahi ini memang harus diperhatikan minimal 2 kali sehari oleh pemilik ternak.Jika tanda-tanda birahi sudah muncul maka pemilik ternak tersebut tidak boleh menunda laporan kepada petugas inseminator agar sapinya masih dapat memperoleh pelayanan Inseminasi Buatan (IB) tepat pada waktunya. Sapi dara umumnya lebih menunjukkan gejala yang jelas dibandingkan dengan sapi yang telah beranak.

Waktu Melakukan Inseminasi Buatan (IB)
Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus dalam keadaan birahi, karena pada saat itu liang leher rahim (servix)pada posisi yang terbuka. Kemungkinan terjadinya konsepsi (kebuntingan) bila diinseminasi pada periode-periode tertentu dari birahi telah dihitungoleh para ahli, perkiraannya adalah :
·         permulaan birahi : 44%
·         pertengahan birahi : 82%
·         akhir birahi : 75%
·         6 jam sesudah birahi : 62,5%
·         12 jam sesudah birahi : 32,5%
·         18 jam sesudah birahi : 28%
·         24 jam sesudah birahi : 12%
Faktor - Faktor Penyebab Rendahnya Kebuntingan
Faktor - faktor yang menyebabkan rendahnya prosentase kebuntingan adalah :
·         Fertilitas dan kualitas mani beku yang jelek / rendah;
·         Inseminator kurang / tidak terampil;
·         Petani / peternak tidak / kurang terampil mendeteksi birahi;
·         Pelaporan yang terlambat dan / atau pelayanan Inseminator yang lamban;
·         kemungkinan adanya gangguan reproduksi / kesehatan sapi betina.
Jelaslah disini bahwa faktor yang paling penting adalah mendeteksi birahi, karena tanda-tanda birahi sering terjadi pada malam hari. Oleh karena itu petani diharapkan dapat memonitor kejadian birahi dengan baik dengan cara:
·         Mencatat siklus birahi semua sapi betinanya (dara dan dewasa);
·         petugas IB harus mensosialisasikan cara-cara mendeteksi tanda-tanda birahi. Salah satu cara yang sederhana dan murah untuk membantu petani untuk mendeteksi birahi, adalah dengan memberi cat diatas ekor, bila sapi betina minta kawin (birahi) cat akan kotor / pudar / menghilang karena gesekan akibat dinaiki oleh betina yang lain.
Penanganan bidang reproduksi adalah suatu hal yang rumit. Ia membutuhkan suatu kerja sama dan koordinasi yang baik antara petugas yang terdiri atas dokter hewan, sarjana peternakan dan tenaga menengah seperti inseminator,petugas pemeriksa kebuntingan, asisten teknis reproduksi. Koordinasi juga bukan hanya pada bidang keahlian tetapi juga pada jenjang birokrasi karena pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) masih lewat proyek yang dibiayai oleh pemerintah sehingga birokrasi masih memegang peranan yang besar disini. Koordinasi dari berbagai tingkatan birokrasi ini yang biasanya selalu disoroti dengan negatif oleh para petugas lapang dan petani. Keterbuakaan adalah kunci keberhasilan keseluruhan program ini.
Sinkronisasi Estrus
Pada beberapa proyek pemerintah, seringkali inseminasi buatan dilaksanakan secara crash-program dimana pada suatusaat yang sama harus dilaksanakan Inseminasi padahal tidak semua betina birahi pada waktu yang bersamaan. Oleh karena itu harus dilaksanakan apa yang disebut dengan sinkronisasi birahi. Pada dasarnya, sinkronisasi birahi adalah upaya untuk menginduksi terjadinya birahi dengan menggunakan hormonProgesteron. Preparatnya biasanya adalah hormon sintetik dari jenis Prostaglandin F2a. Nama dagang yang palingsering ditemui di Indonesia adalah Enzaprost F.Sinkronisasi birahi ini mahal biayanya karena harga hormon yang tinggi dan biaya transportasi serta biaya lain untukpetugas lapang. Cara apikasi hormon untuk penyerentakkan birahi adalah sebagai berikut : - Laksanakan penyuntikan hormon pertama, pastikan bahwa :Sapi betina resipien harus dalam keadaan sehat dan tidakkurus (kaheksia);Sapi tidak dalam keadaan bunting, bila sapi sedang bunting dan penyerentakkan birahi dilakukan maka keguguran akanterjadi.  - Laksanakan penyuntikan hormon kedua dengan selang 11 hari setelah penyuntikan pertama; - Birahi akan terjadi 2 sampai 4 hari setelah penyuntikan kedua. Prosedur Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut: - Sebelum melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB)  maka semen harus dicairkan (thawing) terlebih dahuludengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannyadibawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing yang baik adalah 37oC. Jadi semen/straw tersebut dimasukkan dalamair dengan suhu badan 37 oC, selama 7-18 detik. - Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue. - Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan menggunakan gunting bersih - Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw - Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, ekor diikat - Petugas Inseminasi Buatan (IB)  memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam rektum - Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher rahim(servix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu - Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang disebut dengan 'posisi ke empat'.Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari uterus dan servix dengan perlahan-lahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar