Rabu, 18 April 2012

TEKNOLOGI FORMULASI RANSUM UNTUK PENGGEMUKAN SAPI PADA WILAYAH MARJINAL



I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
      Sapi potong lokal Indonesia  mempunyai keragaman genetik yang cukup
      besar yang mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan tropis (udara panas
     dengan kelembaban rendah dan tatalaksana pemeliharaan ekstensif), pada
kondisi dimana kuantitas dan kualitas pakan yang terbatas, relatif tahan
serangan penyakit tropis dan parasit, serta performan reproduksinya cukup
efisien, sapi potong lokal berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai materi genetik
dalam pengembangan sapi potong yang unggul (Wiyono dan Aryogi, 2006).
Daerah-daerah  sentra pengembangan sapi potong lokal di wilayah Jawa Tengah
umumnya terkonsentrasi pada daerah lahan kering yang kurang subur (marjinal),
antara lain adalah Pati, Rembang, Blora, Grobogan dan Wonogiri.  Usaha
pembibitan sapi ini didominasi oleh peternakan rakyat dan kurang diminati oleh
pemodal karena dianggap secara ekonomis kurang menarik dan memerlukan
waktu pemeliharaan cukup panjang. Paradigma pembangunan peternakan pada
era globalisasi adalah terwujudnya masyarakat yang sehat dan produktif serta
kreatif melalui peternakan tangguh berbasis sumber daya lokal. Guna
mewujudkan  hal ini perlu adanya dorongan  kepada petani agar dapat
memperoleh pendapatan yang lebih layak. Salah satu upaya yang bisa dilakukan
adalah diversifikasi usaha yaitu dengan mengelola sapi jantan atau induk afkiran
dari hasil pembibitan untuk dipelihara sebagai ternak yang digemukkan. 
Selama ini usaha penggemukan sapi di Jawa Terngah dimonopoli pada
daerah yang subur saja, karena potensi hijauan pakannya sangat mendukung.
Sementara terbukti bahwa perusahaan mix farming dengan salah satu
kegiatanya adalah usaha sapi kereman berskala > 150 ekor di wilayah marjinal
Kabupaten Blora, ternyata cukup eksis.  Hal ini merupakan bukti bahwa usaha
sapi kereman tidak hanya bisa dilakukan di wilayah yang subur saja, melainkan
bisa juga dikembangkan untuk daerah kering yang kurang subur (marjinal).  2
Usaha penggemukan sapi cukup menguntungkan apabila didukung
terpenuhinya pakan  secara kualitas maupun kuantitas dengan harga seefisien
mungkin. Ransum untuk penggemukan sapi tidak cukup hanya dipenuhi dari
pakan hijauan saja, melainkan perlu dukungan pakan konsentrat yang memadai.
Kebutuhan pakan konsentrat ini tergantung jenis sapi yang dipelihara, untuk
sapi-sapi lokal yang memiliki kemampuan menghasilkan pertambahan bobot
badan < 1 kg/hari, memerlukan pakan konsentrat yang lebih kecil.  Lain halnya
untuk sapi-sapi peranakan unggul yang memiliki kemampuan menghasilkan
pertambahan bobot badan > 1 kg/hari, maka memerlukan pakan konsentrat
yang lebih tinggi (Nuschati et al.,2007). Pada wilayah marjinal, penyediaan pakan
untuk penggemukan sapi semaksimal  mungkin harus bertumpu pada
pemanfaatan bahan pakan lokal agar kelangsungan usaha dapat berkelanjutan.  
Namun sering kali bahan pakan konsentrat  lokal harganya justru mahal,
sehingga  tidak menutup kemungkinan masuknya bahan lain yang kita perlukan
dari luar lokasi selama harganya murah dan mudah dalam pengadannya  serta
dapat dijangkau oleh petani/pengguna. Sedangkan pakan hijauan lokal dapat
bersumber dari rumput dan daun-daunan atau memanfaatkan limbah pertanian
yang diolah/difermentasi. 
   
1.2 Sumber Teknologi 

Sumber teknologi “Formulasi Ransum Penggemukan Sapi Potong” ini
mengacu referensi  standar kebutuhan nutrisi penggemukan sapi potong NRC 
(2000) dan berasal dari hasil–hasil pengkajian  BPTP Jawa Tengah, antara lain :
- Pengkajian Perbaikan Pakan Sapi Perah di Kabupaten Boyolali, tahun 1996
- Pengkajian Sistem Usaha Pertanan (SUP) Ternak Sapi Potong di Kabupaten
Wonosobo dan Kabupaten Grobogan, tahun 1998 – 2000
1.3 Tujuan dan Manfaat Penerapan Teknologi
Tujuan :
a. Menyusun pakan konsentrat yang murah 
b. Membuat formulasi ransum secara periodik untuk penggemukan sapi
lokal Peranakan Ongole maupun sapi-sapi hasil IB Peranakan Eks-impor  3
c. Memberi pedoman pemberian pakan pada pengelolaan penggemukan
sapi
Manfaat :
Tersedianya rekomendasi teknologi formulasi ransum untuk
penggemukan sapi  yang dapat diterapkan bagi para pengguna agar usahanya
efisien dan lebih menguntungkan.

II. PENGERTIAN BEBERAPA ISTILAH

− Penggemukan atau fattening sapi merupakan salah satu usaha untuk
mempercepat dan meningkatkan produksi daging.
− Sapi Peranakan Eks-impor adalah sapi-sapi impor baik yang baru datang
maupun yang  dikembangkan melalui inseminasi buatan/IB, mis : Peranakan
Frishien Holstein (PFH), Peranakan Limousin, Peranakan Simmental,
Peranakan Brangus, dan lain-lain
− Pakan hijauan adalah bahan yang berfungsi sebagai sumber serat atau
sekaligus sebagai sumber vitamin. Pakan hijauan untuk sapi bisa berupa
hijauan segar  yang terdiri dari rumput dan daun-daunan atau bisa berupa
limbah pertanian baik yang segar maupun yang kering seperti jerami padi,
jerami jagung/tebon, kulit kedelai dan limbah kacang tanah. 
− Pakan konsentrat atau pakan tambahan adalah suatu bahan pakan dengan
nilai gizi tinggi yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk
meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan diusahakan untuk
disatukan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) . Konsentrat sapi
potong tidak selalu berbentuk konsentrat buatan pabrik atau yang dijual di
pasaran (konsentrat komersial), namun dapat berupa bahan pakan tunggal
atau campuran beberapa bahan pakan. 
− Ransum adalah pakan yang mencukupi kebutuhan ternak selama 24 jam,
merupakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. 
− Protein kasar (PK) dan total digestible nutrients (TDN) atau energi adalah zatzat gizi yang dalam jumlah tertentu diperlukan oleh ternak  sehingga  dapat
berproduksi secara optimal.
  4
III. LOKASI PENGKAJIAN DAN DAERAH REKOMENDASI

a. Lokasi pengkajian : 
Formulasi ransum penggemukan sapi potong ini  sudah  dikaji di
Kelompok Tani Ternak ”Rojo Koyo” Desa Tawangrejo, Kecamatan Tunjungan
melalui kegiatan Gelar Teknologi di wilayah marjinal Kabupaten Blora. 

b. Daerah rekomendasi :
    Wilayah lahan kering marjinal dengan basis usahatani padi, seperti 
Rembang, Pati, Grobogan, Batang, dan daerah lain yang memiliki agroekosistem
serupa serta merupakan daerah sentra pengembangan sapi potong
IV. LANGKAH OPERASIONAL PENERAPAN TEKNOLOGI

Rekomendasi teknologi perlu mempertimbangkan efisiensi ekonomi
sehingga layak untuk diterapkan. Oleh karena itu diperlukan beberapa hal yang
perlu dipersiapkan sebagai berikut : 
1. Kesiapan pengguna teknologi yaitu kelompok tani yang memiliki ortientasi
agribisnis
2. Ternak sapi yang akan digemukkan  dalam 1 kawasan akan efisien (apabila
jumlah minimal mencapai 10 ekor), jika pemilikan ternak sapi 2 – 3
ekor/peternak, maka pembuatan pakan dilakukan secara berkelompok
3. Kandang ternak bisa individu atau kandang kelompok
4. Transportasi ke lokasi mudah.
5. Kelompok tani memiliki lumbung/tempat persediaan dan pengolahan pakan
6. Tahapan pembuatan pakan
  5
a. Menghitung kebutuhan pakan selama 1 bulan (tertera pada Tabel 1)
Tabel 1. Kebutuhan Pakan untuk Penggemukan Sapi Selama 1 Bulan
(kg)
No Uraian Kebutuhan per 10 ekor Kebutuhan per 1 ekor
   Sapi lokal Sapi Eksimpor
Sapi lokal Sapi Eksimpor
1. Jerami fermentasi  1800 450 180 45
2. Rumput
segar(gajah/king
grass)
1500 1500 150 150
3. Konsentrat  600 1860 60 186
4. Singkong 0 900 0 90

b. Membuat jerami fermentasi
− Langkah-langkah pembuatan jerami fermentasi 
• Persiapkan bahan dan alat-alat : probiotik, urea, ember plastik, timbangan,
masker penutup mulut dan hidung
• Membuat campuran urea dan probiotik  sesuai kebutuhan jerami yang akan
difermentasi (misal : BIOFAD 1-1,5  kg + UREA 2-4 kg  untuk 1 ton jerami )
• Membuat hamparan dengan  ketebalan ± 25 cm dari jerami berkadar air ±
50% (dipanen musim kemarau atau jerami padi musim penghujan yang
telah dijemur sehari) atau bisa juga menggunakan jerami kering kemudian
dikocor dengan air secukupnya. Selanjutnya hamparan jerami dipadatkan
dengan cara menginjak-injak lalu  ditaburi secara merata  dengan
campuran urea.-probiotik.
• Membuat hamparan jerami yang kedua di atas hamparan pertama dengan
ketebalan sama ± 25 cm, lalu dipadatkan dengan cara menginjak-injak,
kemudian ditaburi dengan campuran urea-probiotik secara merata.
• Demikian seterusnya, setelah semua jerami dihamparkan dan dipadatkan
selanjutnya dilakukan penutupan tumpukan jerami dengan menggunakan
terpal plastik.
• Selanjutnya bersihkan semua peralatan yang telah selesai digunakan dan
disimpan pada tempatnya.  6
• Jerami yang telah diolah setelah 3 minggu (21 hari) dapat dibuka dan
dibongkar/diaduk-aduk, lalu diangin-anginkan.  Jerami olahan telah siap
digunakan sebagai pakan berkualitas untuk ternak sapi.
c. Membuat pakan konentrat :
-  Langkah-langkah  pembuatan pakan konsentrat 
Siapkan bahan-bahan penyusun konsentrat yang mudah diperoleh, kemudian
diformulasikan dengan standar kandungan nutrisi pakan adalah :  protein
kasar       ± 14 % dan TDN ± 70 %  (Tabel 2)
Timbang masing-masing bahan pakan sesuai kebutuhan.
Tebarkan bahan mulai dari yang paling banyak, dilanjutkan penebaran
diatasnya bahan yang lebih kecil jumlahnya dan seterusnya sampai semua
bahan disusun bertumpuk. 
Campur dan aduk-aduk secara merata.

Tabel 2. Komposisi Bahan untuk Formulasi Pakan Konsentrat

No Bahan yang digunakan   Campuran pakan/ton
1. Onggok/ampas singkong giling 484 kg
2. Kulit kopi  195 kg
3. Bungkil kopra  190 kg
4. Bungkil klenteng 100 kg
5. Garam  20 kg
6. Urea 10 kg
7. Kalsit 5  kg

Konsentrat yang sudah dicampur siap dimasukkan dalam kemasan karung
plastik. Kemasan pakan konsentrat ini dapat disimpan ± 1 bulan di gudang
penyimpanan pakan dengan diberi  pallet sebagai dasaran 
Persiapan  sapi bakalan yang akan digemukkan yaitu sapi yang memiliki gigi
sudah powel dengan bobot awal ±250 kg.  Hal ini dengan pertimbangan
supaya ransum yang diberikan efisien untuk penggemukan.
Aplikasi pemberian pakan pada sapi kereman.
Timbang bobot awal sapi bakalan yang akan digemukkan  7
Berikan obat cacing sesuai dosis yang dianjurkanBerikan pakan  sesuai
petunjuk (Tabel 3).

Tabel 3. Petunjuk Takaran Pemberian Ransum Penggemukan Sapi 
Sapi Peranakan Lokal Sapi  Peranakan  Eks-import
1)
              
Periode Konsentrat Jerami
2)
 Konsentrat           Jerami
2)

Bl. ke 1 1,0 % 2,4 %.   
2,1 % 0,60 %
Bl. Ke 2 0,8 % 2,5 % 1,9 % 0,65 %
Bl. Ke 3 0,7 % 2,6 % 1,7 % 0,70 %
Bl. Ke 4  0,5 % 2,7 % 1,6 % 0,75 %

Keterangan
1) Perlu ditambahkan singkong   atau penggantinya 
2) Sebagian diganti dengan rumput raja/gajah

V. HASIL KERAGAAN TEKNOLOGI
Rata-rata pertambahan bobot badan harian selama 3 bulan pada sapisapi lokal dan sapi-sapi Peranakan Eks-impor yang memperoleh perlakuan sesuai 
teknologi introduksi  tertera pada Tabel 4.  
Tabel 4. Performan sapi yang digemukkan dengan teknologi introduksi
di KTT Rojo Koyo  Desa Tawangrejo, Kec. Tunjungan, Blora 

No Uraian Sapi Lokal Sapi Eks-impor
1. Bobot awal (kg) 244 267
2. Bobot akhir (kg) 320 388,5
3. Pert.bobot badan harian (Kg/ekor/hari)  0,85 ± 0,37 1,33 ± 1,14
4. Konsumsi pakan  (Kg/ekor/hari)  
 - Konsentrat 2 6,3
 - Singkong - 3
 - Jerami padi 6 1,5
 - Rumput gajah 5 5

Sapi lokal yang memperoleh pakan introduksi memberikan rata-rata
kenaikan bobot badan harian selama tiga bulan adalah 0,85 ± 0,37 kg/hari
sedangkan sapi peranakan eks-impor mencapai 1,33 ± 1,14 kg/hari (Tabel 4).
Hasil pertambahan bobot badan ini lebih tinggi dari yang ditargetkan yaitu
pertambahan bobot badan pada sapi-sapi yang memperoleh pakan sesuai  8
standar NRC (2000) adalah 0,80 kg/hari untuk sapi lokal/PO dan 1,20 kg/hari
untuk sapi peranakan eks-impor.
Jumlah rata-rata pakan perhari yang dikonsumsi sapi peranakan lokal
adalah 2 kg konsentrat 6 kg jerami fementasi  dan 5 kg rumput  gajah.  Sapi
peranakan eksr-impor rata-rata per hari menghabiskan 6,3 kg konsentrat; 3 kg
singkong jerami fementasi 1,5 kg dan 5 kg rumput gajah. 
 Soeparno (1998) dan Tillman et al. (1998) melaporkan bahwa faktor
genetis dan asupan nutrisi sangat mempengaruhi terhadap kecepatan
pertumbuhan ternak.  Sapi eks-impor yang memiliki kecepatan pertumbuhan
tinggi (misal sapi peranakan Simmental, Limousin, Frishian Holstein), tidak akan
mampu memberikan PBBH sesuai kemampuan genetisnya apabila asupan nutrisi
yang diberikan sama seperti penggemukan pada sapi lokal.  Demikian sebaliknya
untuk sapi lokal (misal sapi Peranakan Ongole/PO) yang secara genetis memiliki
kecepatan pertumbuhan rendah sampai sedang, juga tidak akan mampu
memberikan PBBH seperti sapi eks-impor walaupun diberikan asupan nutrisi 
lebih dari kebutuhannya (Tillman et al.,1998 dan Aryogi et al.,2005).  Oleh
karena itu dalam usaha sapi kereman  perlu teknologi pemberian pakan sesuai
kebutuhan (adequate), sehingga dapat menghindari terjadinya pemborosan
biaya produksi pakan sekaligus dapat meningkatkan konversi pakan yang
dideposisi dalam daging sapi (Prawirodigdo et al.,2004). 
Berdasarkan penerapan ransum pola introduksi yang mengacu pada
perkembangan bobot ternak sesuai target  PBBH yang diinginkan, maka
diperoleh suatu rumusan   kebutuhan ransum sapi PO kereman (Tabel 3).  Dari
rumusan yang diperhitungkan dengan menggunakan program Excel nampak
bahwa untuk penggemukan sapi PO dengan bobot awal 244 kg dan target PBBH
0,8 kg/ekor/hari, maka kebutuhan pakan konsentrat adalah mulai dari 1% dan
terus menurun menjadi 0,5%. Sedangkan untuk sapi peranakan unggul dengan
bobot awal 267 kg dan target PBBH 1,22 kg/ekor/hari, maka kebutuan pakan
konsentrat adalah mulai dari 2,1 % dan terus menurun menjadi 1,6%.  Pakan
konsentrat yang digunakan dalam pengkajian ini kualitasnya cukup tinggi (BK
88%, PK 14% dan TDN 70%), dibandingkan dengan konsentrat yang umum
beredar di pasaran yakni kadar PK 10% dan TDN 60% (Wijono dan Mariyono,
2005).  Umumnya konsentrat yang berkualitas tinggi akan diikuti dengan biaya
yang tinggi pula, tetapi kenyataannya biaya  untuk pengadaan pakan konsentrat  9
selama kegiatan gelar teknologi ini dilaksanakan ternyata lebih murah dibanding
kan dengan yang beredar di pasaran.  Hal ini karena  pakan konsentrat dibuat
sendiri oleh kelompok tani dengan mendatangkan bahan-bahan bakunya.
Pemberian pakan konsentrat yang cenderung semakin menurun dalam  setiap
periode (bulan) diduga lebih efisien dibanding pola pemberian pakan konsentrat
yang selama ini direkomendasikan konstan (sebesar 1 - 2% dari bobot ternak)  
Pemberian pakan hijauan meskipun bisa diprediksi dengan rumusan yang
ada, sebaiknya tidak terlalu dibatasi melainkan perlu dilebihkan dari yang
semestinya dikonsumsi. Hal ini untuk memberikan keleluasaan pada ternak yang
mengkonsumsi karena tingkat konsumsi ransum pada sapi kereman di Indonesia
cukup beragam. (Anggraeny et al., 2005; Wijono dan Mariyono, 2005 dan
Nuschati et al., 2005)

VI.  KELAYAKAN FINANSIAL

  Kelayakan finansial penggemukan sapi peranakan lokal dan sapi
peranakan eks-impor dari hasil kegiatan ini dihitung berdasarkan nilai tambah
kenaikan bobot hidup yang dikonversi dengan harga jual saat itu.  Secara
finansial sapi peranakan lokal dengan biaya pakan Rp.4.600,- memberikan
tambahan nilai bobot hidup sebesar Rp. 14.450,-/hari  dan untuk sapi peranakan
eks-impor yang menghabiskan pakan  Rp.8.020,- memberikan tambahan nilai
bobot hidup sebesar Rp.22.610,-/hari.  Data tersebut menggambarkan bahwa
penggemukan sapi dengan formula ransum yang direkomendasikan cukup  layak
dilakukan baik untuk sapi lokal maupun sapi peranakan eks-impor.

Tabel 5. Perhitungan Finansial Penggemukan Sapi Pola Introduksi di
KTT Rojo Koyo  Desa Tawangrejo, Kec. Tunjungan, Blora 
No. Uraian Sapi Lokal Sapi Eks-impor
1. Nilai pert. Bobot x Rp.17.000,- (Rp/ek/hr) 14.450 22.610
2.  Total biaya pakan (Rp/ekor/hari) 4.600 8.020
 •  Konsentrat (Kg x Rp.900,-) 1800 5.670
• Singkong    (Kg x Rp.300,-) - 900
• Jerami    ( Kg x Rp.300,-) 1800 450
• Rumput ( Kg x Rp.200,-) 1000 1000
 - Keuntungan : 1 – 2 (Rp/ekor/hari)  9.850 14.590
Sumber : Data kegiatan gelar teknologi 2005 terolah
  10
VII. KESIMPULAN
Pemberian ransum untuk penggemukan sapi yang memenuhi standar
nutrisi terbukti mampu memberikan kenaikan bobot badan yang optimal yaitu
0,85 kg/ekor/hari untuk sapi peranakan lokal  dan 1,33  kg/ekor/hari untuk sapi
peranakan eks-impor.
Inovasi teknologi formulasi ransum penggemukan sapi ini layak secara
teknis dan ekonomis sehingga dapat direkomendasikan pada wilayah yang
memiliki kondisi agroekosistem yang serupa.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeny, Y.N., Uum Umiyasih dan D. Pamungkas.  2005.  Pengaruh
Suplementasi Multinutrien terhadap Performan Sapi Potong yang
memperoleh Pakan Basal Jerami Jagung. Pros.  Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Buku I. Puslitbang, Bogor.
Aryogi, Sumadi dan W. Hardjosubroto. 2005.  Performan Silangan Peranakan
Ongole Di Dataran Rendah (Studi Kasus di Kecamatan Kota Anyar Kab.
Probolinggo Jawa Timur).  Pros.  Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner. Buku I. Puslitbang, Bogor.
National Research Council (NRC). 2000. Nutrients Requirements of Beef Cattle. 
National Academy of Science. Washington D.C.
Nuschati, U. Subiharta, Ernawati, G. Sejati dan Soepadi,W. 2005. Gelar Teknologi
Pengelolaan Pakan Sapi Kereman di Wilayah Desa Miskin Kab. Blora. 
Laporan Hasil Pengkajian BPTP Jateng, Ungaran. (Tidak dipublikasikan).
Prawirodigdo, S., U. Nuschati, A. Prasetyo, Herwinarni, E.M., G. Sejati dan
Soepadi,W. 2004.  Introduksi adequate feed  untuk Peningkatan Efisiensi
Usaha Sapi Potong Kereman. Laporan Hasil Pengkajian BPTP Jateng,
Ungaran. (Tidak dipublikasikan).
Soeparno.  1998.  Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan III, Penerbit Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosukojo.  1998.  Ilmu Makanan Ternak Dasar.  Gadjah Mada University
Press.  Yogyakarta.
Wijono,D.E dan Mariyono.  2005.  Review hasil penelitian model low-external
input di Loka Penelitian  Sapi Potong th 2002-2004. Pros.  Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Buku I. Puslitbang, Bogor 
Wiyono,D.B. dan Aryogi. 2006.  Petunjuk Teknis Sistim Perbibitan Sapi Potong.
Loka Penelitian Sapi Potong Grati, Pasuruan.
  11
TEKNOLOGI PAKAN SEIMBANG (ADEQUATE FEED) 
UNTUK SAPI POTONG KEREMAN
 
S. Prawirodigdo, Ulin Nuschati, dan H.E. Mumpuni
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya masyarakat desa di wilayah Jawa Tengah melakukan usaha
penggemukan sapi potong kereman (UPSPK) dengan membesarkan sapi jantan
sedang tumbuh di dalam suatu kandang hingga akhir periode penggemukan. 
Walaupun demikian, cabang agribisnis ini kebanyakan dilaksanakan dengan
pengelolaan tradisional.  Sebagai contoh, para peternak dalam memberikan
pakan untuk membesarkan sapi hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
kuantitas tanpa mempertimbangkan faktor keseimbangan pakan; maka tidak
mengherankan apabila UPSPK yang dilaksanakan peternak di pedesaan belum
dapat mencapai keuntungan optimal.  Meskipun di pasar ditawarkan pakan
konsentrat untuk penggemukan sapi potong, namun di samping harganya tidak
menarik, petani juga ragu terhadap jaminan keberhasilan apabila memanfaatkan
konsentrat tersebut.  
Dalam ilmu pakan ternak, faktor keseimbangan yang dimaksud adalah
kesesuaian antara kuantitas maupun kualitas zat gizi pakan dan kebutuhan
ternak.  Prinsipnya faktor yang menjadi pedoman pakan ruminansia adalah
kandungan protein, energi, karbohidrat, dan bahan kering pakan, serta
ketepatan proporsi masing-masing sehingga sesuai dengan kebutuhan ternak
sapi (McDonald dkk., 1996).  Dalam hal ini para petani kebanyakan tidak
memperhitungkan secara lengkap karena tidak paham tentang ilmu pakan ternak
sapi.
Salah satu cara prospektif untuk meningkatkan efisiensi UPSPK adalah
melalui perbaikan kualitas dan kuantitas produksi daging sapi dengan menekan
biaya produksi serta berlandaskan penerapan inovasi pakan sesuai kebutuhan
(adequate feed).  Implementasi inovasi teknologi adequate feed tidak hannya
dapat meningkatkan jumlah pakan yang dikonversi dan dideposisi ke dalam
jaringan tubuh sapi (termasuk daging), tetapi juga akan menghindarkan
pemborosan biaya produksi untuk pembelanjaan pakan berlebih.  Pemikiran ini  12
berdasarkan pertimbangan bahwa pemberian pakan berlebihan berarti alokasi
modal besar, yang konsekuensi lainnya mengakibatkan efisiensi pakan tidak
optimal sehinga residu yang tereksresikan berlebihan dan dapat menimbulkan
polusi lingkungan.  Sehubungan dengan itu pada kesempatan ini dipresentasikan
teknologi dalam bentuk suatu formula adequate feed untuk
penggemukan/pembesaran ternak sapi dengan menggunakan bahan baku lokal.
  
1.2 Sumber Teknologi
Teknologi pakan sapi potong sesuai kebutuhan yang dipaparkan ini dikreasi
sesuai kondisi spesifik di Jawa Tengah dengan mengadopsi hasil-hasil
penelitian/publikasi berbagai intitusi penelitian sebagai berikut: (1) Pakan sapi
peranakan Ongole (PO) masing-masing oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan Bogor (Budiarsana dan Haryanto, 1998; Bestari dkk., 2000) dan Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah (Nuschati dkk., 2000; Prawirodigdo
dkk., 2002; Nuschati dkk., 2003, (2) Daur ulang limbah organik oleh Applied
Science Publishers LTD, England (G.G. Birch, K.J. Parker & J.T. Worgan, Editors,
1976) dan Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (Polprasert, 1996),
(3) Kebutuhan zat gizi sapi potong (Preston dan Leng, 1987. Leng, 1991;
McDonald dkk., 1992; Ørskov, 1992), dan (4) Tabel Komposisi Pakanuntuk
Indonesia dari Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (Hartadi
dkk., 1997). 

1.3. Tujuan Manfaat Penerapan
Tujuan penerapan inovasi formula pakan adalah untuk mengkonfirmasikan
sekaligus mendemontrasikan pada petani yang melaksanakan UPSK tentang
kelebihan penggunaan pakan sapi potong sesuai kebutuhan yang disusun
menggunakan bahan pakan lokal.  Manfaat dari implementasi rekomendasi
teknologi ini adalah memberikan kontribusi ilmiah untuk meningkatkan efisiensi
UPSPK di Jawa Tengah sehingga petani dapat memperoleh keuntungan lebih
tinggi dibandingkan kalau memakai formula pakan tradisional . 
  13
II. PENGERTIAN BEBERAPA ISTILAH
2.1. Usaha penggemukan sapi potong kereman adalah suatu usaha
pertanian menggunakan materi utama sapi jantan yang idealnya berbobot badan
awal 250-300 kg, dibesarkan dengan pakan penggemukan, selama 4-6 bulan,
dan dipelihara dalam kandang terus-menerus hingga akhir periode pembesaran. 
Umumnya petani melaksanakan usaha ini secara individual atau dalam kandang
kelompok (Lihat Gambar 1).  Bangsa sapi yang sering digemukkan adalah:
Simental, Limousin, Hereford, Brangus, Drought Master, Fresian Holstein, dan
Peranakan Ongole.

Gambar 1. Contoh usaha penggemukan sapi potong kereman kelompok
2.2. Pakan sesuai kebutuhan (adequate feed) adalah pakan yang
disusun dengan suatu formula menggunakan berbagai komponen pakan
sehingga mengandung zat gizi yang dalam kualitas maupun kuantitasnya sesuai
dengan kebutuhan ternak (dalam rekomendasi ini sapi potong penggemukan).
2.3. Bahan pakan lokal adalah komponen pakan yang terdapat di lokasi petani
berusaha dan sekitarnya.
2.4. Sapi potong/pedaging yang dimaksudkan dalam rekomendasi ini adalah
ternak sapi yang dibudidayakan untuk dipotong atau bertujuan memproduksi
daging.  14
III. LOKASI PENGKAJIAN DAN DAERAH REKOMENDASI

Konfirmasi inovasi formula pakan untuk penggemukan sapi potong ini
dilaksanakan di Desa Ngadirejo, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogirii Desa Ngadirejo, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri
menggunakan 12 ekor sapi PO berbobot awal rata-rata 295 kg.  Kegiatan
dilaksanakan selama 14 mingu (2 minggu adapatasi pakan + 12 minggu
pengamatan).  Bahan pakan lokal di lokasi kegiatan adalah dedak padi, ampas
tahu, ubi singkong, dan rumput gajah (terbatas).  Jerami padi biasanya
didatangkan dari daerah Sukoharjo.  Seperti desa lainnya di Jawa Tengah, pada
musim kemarau Desa Ngadirejo juga kekurangan bahan pakan untuk sapi. 
Sejalan dengan itu maka apabila inovasi formula pakan ini akan
direkomendasikan di lokasi lain hendaknya lokasi tersebut memiliki karakteristik
mirip Desa Ngadirejo. 

IV. LANGKAH OPERASIONAL PENERAPAN TEKNOLOGI

4.1 Penyiapan Pakan
• Bahan pakan utama yang digunakan dalam inovasi formula pakan untuk
penggemukan sapi potong kereman terdiri dari ubi singkong kering, dedak
padi, ampas tahu dan jerami padi.  Susunan pakan inovasi formula ini dan
komposisi ransuman tradisional yang biasa diberikan oleh petani dicantumkan
pada Tabel 1.
• Semua bahan pakan (Adekuat S1) dicampur kecuali jerami padi
• Pemberian pakan dilakukan dua kali/hari
• Air minum disediakan secukupnya  15
Tabel 1. Proporsi komponen pakan (kg/ransuman/ekor/hari) untuk
penggemukan sapi jantan Peranakan Ongole*
  Nama formula pakan
Bahan pakan Harga bahan
(Rp./kg)**
Adekuat
S1
Tradisional
Jerami padi 150 5,0 2,0
Ubi singkong kering 600 0,5 -
Dedak padi 700 2,0 4,32
Ampas tahu segar 300 4,5 1,27
Tetes tebu (Molases) 350 0,1 -
Mineral (Calcit) 150 0,005 -
Garam dapur (NaCl) 300 0,24 -
Rumput Raja 200 - 29,0
Jumlah: 12,34 36,59
Harga pakan (Rp./kg)  315,9 259,8
Harga ransuman (Rp./ekor/hari)  3.914,5 9.505,0
Estimasi profil & karakter zat gizi pakan:***    
Bahan kering  7,696 10,551
Protein tercerna  0,515 0,382
Energi metabolis (MJ/ransuman/hari)  61,3 115,262
     
* Estimasi kebutuhan: Bahan kering = 6,5 kg/ekor/hari, Protein tercerna = 0,505
kg/ekor/hari; Energi metabolis = 61 MJ/ransuman/ekor/hari (dihitung berdasarkan
saran McDonald dkk., 1992); **Harga standar tahun 2004; *** Dihitung berdasarkan
data Tabel Bahan Pakan untuk Indonesia (Hartadi dkk., 1997)
4.2. PENGELOLAAN TERNAK
• Setelah ditimbang masing-masing ternak sapi diberi obat cacing secara oral
• Ternak sapi kemudian dimasukkan ke dalam satu bangunan kandang yang
disekat sehingga masing-masing tertambat secara idividu
• Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum 
• Pakan dari inovasi formula Adekuat S1 diadaptasikan pada ternak selama dua
minggu dan dilanjutkan selama 12 minggu
• Pakan tradisional diberikan dua kali sehari
• Evaluasi pertambahan bobot badan dilakukan setiap dua minggu sekali
menggunakan timbangan digital selama periode kegiatan
  16
V. HASIL KERAGAAN TEKNOLOGI
Dalam kegiatan introduksi inovasi formula pakan Adekuat S1
didemontrasikan bahwa:
1. Biaya ransuman untuk penggemukan ternak sapi potong kereman
menggunakan inovasi formula pakan Adekuat S1 jauh lebih murah dari pada
pakan tradisional milik petani (selisih Rp. 5.550,-/ransuman/ekor/hari, Lihat
Tabel 1)
2. Ternak sapi yang memperoleh pakan Adekuat S1 rata-rata pertambahan
bobot badannya 0,785 kg/hari, sedangkan yang diberi pakan tradisional
pertambahannya 0,547 kg/hari
3. Secara konsisten nilai konversi pakan Adekuat S1 juga lebih baik dari pada
pakan tradisional (7,6 versus 15,6).  Artinya untuk meningkatkan
pertambahan bobot badan 1 kg, ternak sapi yang memperoleh pakan
Adekuat S1 memerlukan 7,6 kg bahan kering, sedangkan yang
mengkonsumsi pakan tradisional perlu 15,6 kg bahan kering

VI. KELAYAKAN FINANSIAL
Oleh karena tidak dilakukan uji penampilan karkas, maka analisis finansial
didekati dari sisi efisiensi pemnggunaan pakan.  Berdasarkan harga pakan,
konsumsi pakan dan pertimbahan bobot badan harian maka dapat
dikonfirmasikan bahwa untuk meningkatkan pertambahan bobot badan 1 kg,
ternak sapi yang diberi pakan Adekuat S1 memerlukan dana Rp.4,989,-.  Di lain
pihak dana yang diperlukan untuk meningkatkan 1 kg pertambahan bobot badan
ternak sapi yang menerima pakan tradisional adalah Rp.17.377.
Hasil konfirmasi ini memberikan highlight bahwa pakan Adekuat S1 layak
untuk direkomendasikan.

DAFTAR PUSTAKA
Bestari dkk., 2000. Bestari, J, Thalib, A. & Hamid, H.  2000.  Pengaruh kombinasi
pemberian pakan silase jerami padi cairan rumen kerbau dan molase
terhadap pertambahan bobot badan sapi peranakan ongole.  Dalam
Seminar nasional Peternakan dan Veteriner, hal. 242-250 (B.Haryanto,
Darminto, S, Hastiono, I.K. Sutama, S. Partoutomo, Subandriyo, A.P.  17
Sinurat, Darmono, Supar & S.O Butar-Butar, Editor).  Pusat Penelitian
Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Budiarsana, I.G.M. & Haryanto, B.  1998.  Analisis ekonomi prnggemukan sapi
PO dengan pemberian pakan mengandung by-pass protein.  Dalam
Seminar nasional Peternakan dan Veteriner, hal. 749-757 (I.W. Mathius,
A.P. Sinurat, I. Inounu, Abubakar, N.D. Purwantari, I.K. Sutama &
E.Handiwirawan, Editor).  Pusat Penelitian Peternakan,  Badan Litbang
Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Hartadi, H. Reksohadiprodjio, S., dan Tillman, A.D.  1997.  Tabel komposisi
pakan untuk Indonesia.  Gajah Mada University Press, Bulaksumur,
Yogyakarta.
Leng, R.A.  1991.  Application of biotechnology to nutrition of animals in
developing counntries.  Food and Agriculture Organization of the United
Nations.  Rome.
McDonald, P, Edwards, R.A., and Greenhalgh., J.F.D.  1992.  Animal nutritiuon
(4th Ed.).  Longman Scientific & Technical.  John Wiley & Sons, Inc. Nerw
York.
Morrison, F.B.  1951.  Feeds and feeding: A hand book for the student and
stockman. Twenty 1st  Ed. The Morrison Publishing Company.  Ithaca,
New York.
NRC (National Research Council).  1996. Nutrient requirement of beef cattle. 
National, Academy Press.  Washington D.C.
Nuschati, U.  2003.  Penggunaan kaliandra (Calliandra calotyrsus) untuk
substitusi konsentrat pabrik dalam pakan untuk penggemukan sapiFrisian
Holstein jantan.  Thesis Magister Sain.  Jurusan Nutrisi Ternak, Fakultas
Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro Semarang.
Nuschati, U., Subiharta, Wiloeto, D., Utomo, B., Pramono, D. Ernawati, Sunarso,
Supriyondo, Y., Hardiyati, S., Riyanto & Suharno.  2000.  Laporan hasil
pengkajian.  Pengkajian sistem usaha tani (SUT) sapi potong di lahan
kering Jawa Tengah.
Ørskov, E.R.  1992.  Protein nutrition in ruminants (2nd.Ed.).  Academic Press. 
Harcourt Brace Jovanovich, Publishers, London.
Polprasert, C.  1996.  Organic waste recycling (2nd Ed.).  John Wiley & Sons.,
Brisbane.
Prawirodigdo dkk., 2002  Laporan Kegiatan.  Balai Pengkajian Tekniologi
Pertanian Jawa Tengah, Departemen Pertanian.  Kabupaten Semarang. 
Preston, T.R. and Lng, R.A.  1987.  Matching ruminant production systems with
available resources in the tropics and sub-tropics.  Penambul Books,
Armidale, New South Wales, Australia.
Tannenbaum, S.R. and Pace, G.W.  1976.  Food from waste: An overview. In
Food from waste.(G.G. Birch, K.J. Parker and J.T. Worgan, Editors) 
Applied Science Publishers LTD, London.

2 komentar:

  1. Semangat berkarya peternakan
    Salam kenal http://forsum.wordpress.com/

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal kembali,
      bila mana ada yang yang baru tentang formula ransum sapi yang lebih merangsang pertumbuhan sapi lebih cepat,, mari untuk bertukar pendapat guna meingkatkan karya

      Hapus